Artikel Sistem Informasi Akuntansi
Artikel Sistem Informasi Akuntansi
PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
Dalam pembahasan ini akan mengulas mengenai pengelolaan aktiva tetap.
Seperti yang kita ketahui, aktiva tetap merupakan aset perusahaan yang
perlu dikelola dengan baik sehingga aset tersebut dapat terjaga dan
dapat dimanfaatkan semaksimal dan sebaik mungkin. Adapun pengelolaan
aktiva tetap meliputi : pengadaan aktiva tetap, pemeliharaan aktiva
tetap dan pencatatan depresiasi aktiva.
3.1 PENGADAAN AKTIVA TETAP
Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, dimana masing-masing cara tersebut dapat mempengaruhi
penentuan harga perolehan aktiva tetap itu sendiri. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan diantaranya melalui pembelian aktiva tetap, membuat
sendiri aktiva tetap atau melalui pertukaran aktiva tetap. Berikut
penjelasan mengenai berbagai macam cara perolehan aktiva tetap.
3.1.1 Pengadaan Aktiva Tetap
1. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pembelian
Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan salah satunya
melalui pembelian aktiva tetap. Dimana pembelian aktiva tetap itu
sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :
- Pembelian Aktiva secara Tunai
- Pembelian Aktiva secara Kredit Jangka Panjang
Dalam prosesnya, pembelian aktiva harus diawali dengan permintaan
pembelian dari departemen yang membutuhkan. Selanjutnya bagian pembelian
perusahaan akan melakukan survei terhadap pemasok dan mengajukan
pemintaan penawaran harga. Permintaan penawaran harga ini berguna untuk
memastikan bahwa perusahaan mendapatkan aktiva tetap dengan harga wajar.
Permintaan penawaran harga ini juga berguna untuk meminimalkan peluang
tips dari pemasok.
Setelah menemukan pemasok yang sesuai, bagian pembelian membuat surat
order pembelian kepada pemasok. Selanjutnya pemasok akan mengirim barang
yang dipesan. Pada saat barang datang, departemen pengguna (yang
membutuhkan aktiva tetap) dapat ikut hadir untuk mengecek barang yang
datang. Selanjutnya pemasok akan mengirim tagihan (faktur) ke
perusahaan. Faktur tersebut akan dilunasi sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan perusahaan sebelumnya.
2. Pengadaan Aktiva dari Penerbitan Surat Berharga
Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga
adalah menerbitkan saham atau obligasi perusahaan untuk ditukar dengan
aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar
saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham atau obligasi
dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari nilai
pari, selisihnya dicatat sebagai premium ( agio saham) dan jika harga
pasar lebih rendah dari nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai
diskon (disagio saham).
3. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pertukaran
Menurut cara ini, aktiva diperoleh dengan cara
menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap yang
dimiliki oleh pihak lain dimana aktiva yang lama digunakan sebagai
pembayar sebagian atau seluruh atas aktiva yang baru. Ada dua macam
pertukaran aktiva tetap, yaitu:
1). Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva
tetap yang sifat dan fungsinya berbeda. Biaya dari pos semacam ini,
menurut PSAK No. 16 diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau
yang diperoleh.
2). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva
yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang
sama dan memiliki suatu nilai wajar yang serupa.
4. Pengadaan Aktiva dari Hadiah atau Donasi
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara
dihadiahkan atau ditemukan sendiri maka aktiva harus dicatat sebesar
harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
pihak atau perusahaan penilai yang independent (appraisal company)
dengan mengkredit akun “modal donasi”.
5. Pengadaan Aktiva dari Membuat Sendiri
Perusahaan kadang kala tidak membeli aktiva tetap,
melainkan membuatnya sendiri. Misalnya perusahaan melakukan perluasan
gedung pabrik atau bahkan membangun pabrik baru. Pembangunan seperti ini
harus dicatat sebagai aktiva dalam pembangunan. Harga pokok
perolehannya dicatat sebesar berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk
menbangun aktiva tersebut. Hal ini disesuaikan dengan pernyataan dalam
PSAK No. 16 dimana disebutkan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang
dikontruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti
suatu aktiva yang diperoleh, yaitu meliputi semua biaya yang berkenaan
dengan konstruksi aktiva tersebut hingga siap digunakan.
3.1.2 Fungsi yang terkait Dalam Pengadaan Aktiva Tetap
Fungsi yang terkait dalam pengadaan aktiva tetap
mempunyai peranan penting, dengan adanya fungsi yang terkait maka
prosedur pengadaan aktiva tetap akan berjalan dengan baik. Adapun
fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pengadaan aktiva tetap adalah
sebagai berikut :
- Fungsi Pemakai, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap dan mengajukan surat permintaan otorisasi untuk merealisasikan perolehan aktiva tetap.
- Fungsi Riset dan Pengembangan, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap yang dimanfaatkan bersama oleh lebih dari satu fungsi.
- Direktur yang Bersangkutan, memberikan persetujuan terhadap usulan investasi.
- Direktur Utama, memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aktiva tetap.
- Fungsi Pembelian, bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap.
- Fungsi Penerimaan, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima dari pemasok.
- Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.
3.1.3 Dokumen yang Digunakan dalam Pengadaan Aktiva Tetap
Dalam pengadaan aktiva tetap, dibutuhkan beberapa dokumen antara lain sebagai berikut :
1. Surat permintaan transfer aktiva tetap, berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi transfer aktiva tetap.
2. Surat
perintah kerja (work order), berfungsi sebagai perintah dilaksanakannya
pekerjaan tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang
dipakai untuk mengumpulkan biaya pembuatan aktiva tetap.
3. Surat order pembelian, diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk memesan aktiva tetap kepada pemasok.
4. Laporan
penerimaan barang, diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi
ini melakukan pemeriksaan kuantitas,mutu, dan spesifikasi aktiva tetap
yang diterima dari pemasok.
5. Faktur dari pemasok, merupakan tagihan dari pemasok untuk aktiva tetap yang dibeli.
6. Bukti
kas keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi
akuntansi setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat
order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok
diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut.
7. Bukti
memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi,
harga pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, pemberhentian
pemakaian aktiva tetap, dan pengeluaran modal.
8. Daftar aktiva tetap, merupakan dokumen yang mencatat seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
3.2 PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
3.2.1 Pemeliharaan Aktiva Tetap
Ada kalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan
perlu perawatan untuk memastikan bahwa aktiva tetap tersebut dapat
beroperasi secara optimal. Menurut akuntansi biaya pemeliharaan semacam
ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya yang tidak
menambah umur aktiva dan biaya yang dapat menambah umur aktiva tetap.
Pengelompokan ini akan berdampak pada perlakuan terhadap pengeluaran
tersebut. Biaya yang tidak menambah umur aktiva akan dicatat sebagai
biaya pada periode pengeluaran tersebut terjadi, sedangkan biaya yang
menambah umur aktiva akan dikapitalisasi (dicatat sebagai penambah nilai
aktiva). Selanjutnya, nilai yang dikapitalisasi tersebut akan
memperbesar nilai aktiva dan akan didepresiasi sampai umur aktiva
tersebut habis.
Pada dasarnya, memisahkan biaya pemeliharaan semacam ini
tidaklah mudah, mengingat perawatan rutin tidak akan menambah umur
manfaat aktiva, tapi jika tidak dirawat maka akan memperpendek umur
aktiva, sebagai contoh perawatan mobil. Adapun kegiatan-kegiatan
perusahaan yang berhubungan dengan pemeliharaan aktiva tetap adalah
sebagai berikut :
1. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharan atau maintenance merupakan tindakan atau aktivitas yang
ditujukan hanya untuk membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana
mestinya, dan pengeluaran yang timbul hendaknya dibebankan (dijadikan
biaya) pada periode yang sama.
2. Perbaikan (repairment)
Perbaikan atau repairment diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih
besar dibandingkan dengan pemeliharaan. Dikatakan perbaikan apabila;
untuk membuat aktiva tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan
tindakan pemulihan kondisi atas bagian atau sparepart atau komponen yang
mengalami penurunan fungsi, akan tetapi belum diperlukan suatu
penggantian.
3. Penggantian Komponen (replacement)
Istilah penggantian komponen (replacement) jelas artinya. Ditandai
dengan adanya penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu
aktiva tetap.
4. Peningkatan Kapasitas (up-grading)
Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan
produksi, sebagai konsekuensinya, tidak jarang perusahaan harus
melakukan upgrade (peningkatan kapasitas) terhadap aktiva tetap yang
digunakan (entah itu mesin, peralatan bahkan gedungnya). Atas suatu up
grading, tentu akan memicu adanya pengeluaran-pengeluaran yang biasanya
cukup material.
5. Turun Mesin (over haul)
Istilah turun mesin atau overhaul terjadi pada aktiva tetap yang
bekerjanya menggunakan mesin. Misalnya; kendaraan, mesin produksi,
peralatan produksi. Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk
membuatnya berfungsi lebih baik, diperlukan tindakan pembongkaran
terhadap hampir seluruh komponen atau komponen utama dari aktiva
tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan kembali. Pada proses turun
mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan pemeliharaan,
perbaikan, penggantian komponen. Turun mesin biasanya terjadi
disaat-saat aktiva tersebut mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang
sangat signifikan akibat penggunaan yang sudah relatif lama. Aktifitas
turun mesin sudah pasti akan membuat umur ekonomis aktiva tersebut
menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul
hendaknya dikapitalisasi.
Seperti yang telah dipelajari diatas, mengenai pemisahan biaya
pemeliharaan yang akan dibebankan pada periode terjadinya atau
dikapitalisasi, berikut ini faktor-faktor lain yang perlu
dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaran dalam masa
penggunaan aktiva dibebankan atau dikapitalisasi.
1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin
(repetitive), maka sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan, begitu
pula sebaliknya.
2. Materialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya
dikapitalisasi, jika tidak maka dibebankan (silahkan diukur dengan
membandingkan antara pengeluaran yang terjadi dengan harga perolehan
aktiva).
3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih
dari satu tahun buku, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika hanya satu
tahun buku atau kurang, sebaiknya dibebankan diperiode yang sama.
4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau Kapasitas
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau
meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi, demikian
sebaliknya.
3.2.2 Fungsi yang Terkait Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap
Ø Fungsi Pemakai, berfungsi mengelola pemakaian aktiva tetap.
Ø Direktur
yang bersangkutan, berfungsi memberikan persetujuan terhadap surat
permintaan otorisasi reparasi yang diajukan oleh unit organisasi yang
berada di bawah wewenangnya.
Ø Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap perusahaan.
Ø Fungsi
Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti
kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.
3.2.3 Dokumen yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap
- Ø Bukti Pengeluaran Kas, merupakan dokumen yang digunakan jika pengeluaran biaya pemeliharaan cukup besar.
- Ø Dokumen dalam Siklus Kas Kecil, digunakan untuk biaya pemeliharan yang tidak terlalu besar.
- Ø Daftar Aktiva Tetap, digunakan untuk mencatat pengeluaran yang dikapitalisasi, sehingga menambah nilai aktiva tetap.
- Ø Blanko Cek Fisik Aktiva Tetap, digunakan untuk pengecekan aktiva tetap.
3.3 DEPRESIASI AKTIVA TETAP
3.3.1 Pengertian Depresiasi
Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya, masalah penyusutan atau
depresiasi merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva
tetap. Yang dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi menurut
Akuntansi Perpajakan terapan adalah sebagai berikut :
“Proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost
allocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha” (Prabowo,
Yusdianto, Op.cit, Hal 22)
Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam ekonomi
perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk
pembelian aktiva tetap baru setelah aktiva tetap yang lama tidak
dipakai lagi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2 tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa:
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode
akuntansi dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17 Paragraf 2)
Jadi dapat disimpulkan penyusutan atau depresiasi merupakan
pengalokasian harga perolehan aktiva tetap selama umur ekonomis aktiva
tersebut. Umur ekonomis adalah berapa lama aktiva tersebut bermanfaat
bagi perusahaan secara efisien, jadi umur ekonomis tidak sama dengan
umur aktiva.
Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi tentang
penyusutan yang dilaporkan sebagai alokasi biaya yang diharapkan dapat
berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Informasi tentang penyusutan
merupakan hal yang cukup penting bagi pemakai laporan keuangan,
terutama dalam kaitannya earning power, yaitu mengenai:
· Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba periodik.
· Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan sumber daya.
3.3.2 Karakteristik Aktiva Tetap yang Dapat Disusutkan
- § Digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
- § Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
- § Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.
- § Nilainya menurun secara bertahap.
Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak
menurun adalah tanah, aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
3.3.3 Faktor-Faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan
3.3.3.1 Dasar Penyusutan Aktiva
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi
dari dua faktor, biaya awal dan nilai sisa atau pelepasan. Biaya awal
atau baiya historis adalah semua biaya yang diukur oleh kas atau harga
ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta
kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya. Nilai sisa (salvage
value) adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva itu
dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah
dimana nilai aktiva harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama
masa manfaatnya. Sebagai gambaran jika aktiva memiliki biaya Rp.
10.000.000,- dan nilai sisa sebesar Rp. 1.000.000,- , maka dasar
penyusutannya adalah Rp. 9.000.000,-
Dari sudut pandang praktis, nilai sisa sering kali
dianggap nol. Akan tetapi beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai
sisa yang substansial.
3.3.3.2 Estimasi Umur Pelayanan atau Manfaat
Umur pelayanan atau manfaat suatu aktiva sering kali
tidak sama dengan umur fisiknya. Sebuah mesin secara fisik mungkin dapat
memproduksi sejumlah produk tertentu selama beberapa tahun melebihi
umur pelayanannya. Tetapi sebuah perusahaan mungkin tidak menggunakan
mesin selama seluruh tahun itu karena biaya pembuatan produk dalam
tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi.
Dalam banyak kasus, perusahaan mengestimasi masa manfaat
aktiva berdasarkan pengalaman masa lalu perusahaan dengan aktiva yang
sama atau sejenis.
Menurut Zaki Baridwan hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa
penggunaan aktiva tetap tersebut dikelompokan menjadi dua yakni faktor
fisik dan faktor fungsional. Adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi
atau bahkan tidak dipergunakan lagi, yang disebabkan karena:
- Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara kontiyu mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya.
- Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan udara terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan lagi.
- Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat disebabkan oleh kurang hati-hati atau kurang tepat dalam cara pengguanaan aktiva tetap, juga yang disebabkan oleh bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran yang tidak sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.
Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya
diadakan penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi
atau mengakibatkan suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi,
yaitu:
- Ketidaklayakan - Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampui kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alat-alat produksi yang tersedia secara teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara ekonomis telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-alat lama.
- Keusangan - Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu di ganti dengan peralatan yang baru.
- Penghentian permintaan - Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di pasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut dianggap kuno oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan pangsa pasar.
3.3.3.3 Metode Depresiasi Aktiva Tetap
1. Metode Aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban
variabel atau pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan
adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan bukan dari
berlalunya waktu. Umur aktiva ini dinyatakan dalam istilah keluaran
(output) yang disediakan (unit-unit yang diproduksi), atau masukan
(input) seperti jumlah jam kerja. Secara konseptual asosiasi biaya yang
tepat ditetapkan dalam istilah output bukan jam yang digunakan tetapi
sering kali output ini sulit diukur. Dalam kasus seperti ini, ukuran
input seperti jam mesin adalah metode yang lebih tepat dalam mengukur
jumlah beban penyusutan selama periode akuntansi tertentu.
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus (straight line method) adalah metode depresiasi
dimana depresiasi berupa bagian-bagian yang sama besar selama masa
manfaat yang ditetapkan bagi aktiva tersebut. Metode garis lurus
mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari
penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam praktek karena
kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual sering kali juga
merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai. Apabila keusangan
bertahap merupakan alasan utama atas terbatasnya umur pelayanan, maka
umur kegunaannya akan konstan dari periode ke periode.
3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (decreasing charge method) menyediakan biaya
penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah
pada periode mendatang. Karena metode ini memperbolehkan pembebanan
yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dibanding metode garis lurus,
maka sering disebut metode penyusutan dipercepat. Ada dua metode dari
metode beban menurun, dimana secara umum satu dari kedua metode tersebut
digunakan, yakni :
- Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun
berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya
awal dikurangi nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka
tahun sebagai penyebut, sedangkan pembilang adalah jumlah tahun estimasi
umur yang tersisa pada awal tahun. Dalam metode ini pembilang menurun
dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan. Pada akhir masa manfaat
aktiva saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
- Metode Saldo Menurun (Declining balance method)
Metode saldo menurun adalah metode penyusutan dimana penyusutan berupa
bagian-bagian yang menurun dengan menggunakan tarif penyusutan
(diekspresikan sebagai persentase). Tidak seperti metode lainnya, dalam
metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dalam menghitung dasar
penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan dengan nilai buku aktiva pada
awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva dikurangi setiap periode
dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan
diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban
penyusutan yang semakin rendah setiap tahunnya. Proses ini terus
berlangsung hingga nilai buku aktiva berkurang mencapai estimasi nilai
sisanya, dimana pada saat tersebut penyusutan akan dihentikan.
4. Metode Penyusutan Khusus
Terkadang perusahaan menggunakan penyusutan khusus karena aktiva yang
terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya
mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus. Ada dua metode
penyusutan khusus, yakni : Metode Kelompok dan Metode Gabungan. Beberapa
akun aktiva sering kali disusutkan dengan menggunakan satu tarif.
Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva yang digunkan
yaitu : metode kelompok dan metode gabungan, pemilihan metode bergantung
pada jenis aktiva yang terlibat. Metode kelompok (group method) sering
digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki umur
manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan (composite approach)
digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat
yang berbeda. Metode perhitungan untuk kelompok maupun gabungan pada
dasarnya sama yaitu menentukan rata-rata dan menyusutkannya atas dasar
rata-rata tersebut.
3.3.4 Fungsi yang Terkait dalam Penyusutan Aktiva Tetap
- Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan dan memiliki wewenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian pemakaian aktiva tetap.
- Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab atas pencatatan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap.
3.3.5 Dokumen yang Digunakan dalam Penyusutan Aktiva Tetap
- Daftar Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap, daftar ini berisi perhitungan biaya depresiasi yang dibebankan dalam periode akuntansi tertentu, dan dapat dijadika sebagai lampiran dari blanko jurnal umum.
- Blanko Jurnal Umum, digunakan untuk merekam transaksi depresiasi.
3.4 RESIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA
Sistem informasi aktiva tetap dibangun dengan tujuan untuk :
- ü Memudahkan perusahaan melacak aktiva tetap yang saat ini dimiliki perusahaan.
- ü Memudahkan perusahaan untuk menghitung beban depresiasi.
- ü Memudahkan perusahaan untuk merekam transaksi yang terkait dengan aktiva tetap.
- ü Memastikan bahwa perusahaan merekam harga perolehan yang benar pada saat pembelian aktiva tetap atau pada saat membuat atau membangun sendiri aktiva tetap.
Adapun resiko dalam pengelolaan aktiva tetap antara lain :
- Data yang tidak valid.
- Kesalahan dalam mencatat harga perolehan aktiva tetap (apalagi jika perusahaan membuat sendiri aktiva tetap).
- Kerusakan data.
Pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus aktiva tetap untuk meminimalkan resiko tersebut diatas adalah :
- Semua pembelian aktiva tetap (termasuk pembelian bahan baku untuk membuat sendiri aktiva tetap) hanya boleh dilakukan apabila diawali dengan Surat Permintaan Pembelian yang bernomor urut tercetak. Hal ini membantu akuntan untuk memastikan bahwa tidak ada pembelian aktiva tetap atau surat permintaan pembelian yang terlewat tidak tercatat.
- Surat Permintaan Pembeian harus diisi lengkap, terutama kolom tujuan pembelian harus diisi. Selain itu, untuk tujuan pembelian yang berbeda harus dibuatkan Surat Permintaan Pembelian tersendiri.
- Setiap aktiva tetap perusahaan harus ditempeli kode aktiva tetap sesuai dengan kode yang tercatat dalam tabel daftar aktiva tetap.
- Melakukan pengecekan fisik terhadap aktiva tetap secara berkala.
- Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan perusahaan, maka perusahaan perlu memback up data secara rutin.
- Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan, maka perusahaan dapat menetapkan password untuk karyawan yang berwenang mengakses data.
- Untuk meminimalkan virus, perusahaan perlu menetapkan aturan bahwa komputer kantor hanya boleh digunakan untuk keperluan kantor.
3.5 INFORMASI YANG DIHASILKAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
Salah satu tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi
yang relevan dan tepat waktu. Sistem informasi aktiva tetap diharapkan
dapat menghasilkan informasi berupa :
- Daftar Aktiva Tetap yang Dimiliki Perusahaan, informasi ini berguna untuk memastikan kelengkapan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Jika tidak memiliki daftar aktiva tetap, perusahaan tidak dapat melakukan pengecekan secara fisik atas aktiva perusahaan.
- Total Beban Depresiasi setiap Bulan, informasi ini berguna bagi perusahaan untuk menghitung laba rugi bulanan.
sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_akuntansi
http://melatiarya.blogspot.com/2013/01/artikel-sistem-informasi-akuntansi.html